Senin, 05 Januari 2015

Maaf Penunjuk Senja

Aku melihat mata itu. Mata yang berkabut dari gunung di bawah sana. Kumohon, wahai para dewa, jagalah saudara-saudaraku dari kebinasaan. Jagalah jiwa saudara-saudaraku, agar tetap kuat menghadapi kehancuran bumi ini. Andai nanti langit dipenuhi api dan asap, tolong teruslah beri perhatian dan pengawasan pada Sang Putri Durin.____

Jika semua usaha kami, harus berakhir dalam kobaran api yang disemburkan naga itu, maka biarlah kami terbakar bersama. Tidak kalian Karena aku melihatnya, di kejauhan sana, api membumbung tinggi, membelah langit yang gelap. Orang-orang di bawah sana berteriak. Kami pun berteriak, meminta tali, untuk bisa menuruni lereng gunung ini, menemui saudara-saudara kami.

Tidak ada maksud tujuan membakar dan membuka gerbang fitnah __ namun yang terjadi naga itu membakar semua hati ___ jika gelap pun tersabu bara, kan kulindungi mataku dari panasnya. Karena aku tahu, jika api itu berhenti, dan kegelapan mulai merajai, berarti saudara-saudaraku telah mati. Jika langit telah tak mampu menopang segala kehancuran ini, mungkin ia akan runtuh, menimpa kota yang sepi__

Langit merekah merah membara.--- afwan wahai penunjuk Senja .. kulihat rekahannya, kulihat kehancuran di atas langit sana... Naga itu menyemburkan napas apinya bercampur fitnah atas kesalahan ku sendiri ___
tak ada kata yang bisa terucap selain Maaf .... Masih kulihat api di mana-mana. Di atas langit, di pemukiman, di hutan, di lereng gunung, semuanya membara... Namun Cinta dalam diam benar adanya ....

kulihat kehancuran di atas langit sana.____



Tidak ada komentar:

Posting Komentar